Ada dua hal yang muncul di benak ketika mendengar nama
Yogyakarta. Pertama, Yogyakarta kota pendidikan. Kedua, Yogyakarta kota wisata.
Disebut kota pendidikan lantaran Yogyakarta memiliki kampus-kampus ternama,
dengan mengorbitkan tokoh-tokoh nasionalnya.
Yang kedua, kota wisata, baru muncul belakangan ini setelah
dikenal kota pendidikan lebih dahulu. Disebut kota wisata lantaran program
pemerintah meningkatkan ekonomi Yogyakarta melalui potensi kebudayaan dan objek
wisatanya.
Dalam dunia pariwisata nasional, Yogyakarta menempati urutan
kedua sebagai destinasi wisata utama setelah Bali. Panorama alamnya menawan.
Sebut saja objek wisata di sepanjang pantai selatan Gunungkidul. Belum lagi
perbukitan dan Gunung Merapinya.
Budayanya eksotis. Peninggalan sejarahnya bertabur di berbagai
tempat, seperti candi dan museum. Hasil kerajinan tangan tradisinya masih
hidup. Sebut saja, satu-satunya yang masih terjaga ialah batik.
Batik adalah produk kerajinan asli Yogyakarta. Berbagai
literatur menyatakan, batik lahr di tengah-tengah kerajaan Mataram. Bahkan ada
pula yang menyatakan batik telah lahir sejak era Majapahit. Mana pun versi yang
valid, yang jels dua kerajaan tersebut ada di Yogyakarta. Tak salah bila
mengakui batik sebagai peninggalan tradisi leluhur Jawa Yogyakarta.
Nilai filosofis motif batik menguatkan anggapan tersebut. Salah
satu motif batik yang terkenal ialah motif parang. Motif ini ditafsirkan
sebagai penyatuan jiwa manusia Jawa Yogyakarta dahulu dengan pantai selatan.
Lekukan motifnya menunjukkan pola perbukitan di tepian pantai. Lihat, bagaimana
perbukitan atau tebing di sepanjang pantai selatan Gunungkidul begitu luasnya.
Batik khas Yogyakarta pun berkembang. Dari satu desa ke desa
lainnya. Dari satu rumah produksi ke rumah produksi lainnya. Hingga saat ini,
berkembang dari satu showroom batik ke showroom batik lainnya. Tak salah bila
menjadikan Yogyakart sebagai destinasi wisata batik.
Berbicara desa wisata di Yogyakarta tak akan ada habisnya. Sejak
2012, jumlah desa wisata terus bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
Dinas Pariwisata Yogyakarta, jumlah desa wisata pada tahun 2014 hanya 80.
Setahun kemudian, jumlahnya menjadi 112 desa wisata.
Kampung Prawirotaman adalah kampung wisata yang sukses karena
batiknya. Awalnya, Kampung Prawirotaman hanyalah kampung biasa yang dimiliki
keturunan sang empu keluarga Prawirotomo, setelah mendapat hibah dari keluarga
Keraton. Sekira tahun 50-an hingga 60-an, keluarga Prawirotomo memgembangkan
batik cap. Usahanya berkembang, hingga mencapai kejayaan di awal tahun 70-an.
Ibarat puisi Chairil Anwar, sekali berarti setelah itu mati. Begitulah Kampung
Prawirotaman, mulai bergeser dari kampung industri batik cap ke industri jasa
penginapan. Namun, peralihan itu tidak menghilangkan keberadaan batik.
Terbukti, hingga saat ini toko dan showroom batik di Kampung Prawirotaman masih
bertahan.
Dua daya tarik utama dari sejumlah desa wisata hanya
mengeksplorasi keindahan alam desa dan kerajinan tangan. Lagi lagi, batik
menjadi andalannya. Dua desa wisata yang mengandalkan kerajinan batik sebagai
daya tarik utamanya ialah Desa Wisata Wukirsari dan Desa Wisata Krebet.
Dua-duanya berada di Kabupaten Bantul. Dua-duanya pun menyajikan paket belajar
batik dan showroom batik. Dalam paket itu, wisatawan diajak praktik membuat batik
dengan peralatan yang masih tradisional.
Tak hanya itu, desa wisata lainnya pun seakan tak ingin
ketinggalan. Paket batik dimasukkan menjadi salah satu paket andalannya. Salah
satunya ialah di Desa Wisata Tembi. Di desa wisata ini, bila menikmati wisata di
Tembi Rumah Budaya, wisatawan diajarkan membuat batik yang baik dan benar.
Tentunya bukan batik cap, melainkan batik tulis. Pengelolanya sengaja
mendatangkan pengrajin batik bila adanya pesanan paket dari sejumlah wisatawan.
Dari hampir seluruh desa wisata yang menawarkan batik, hampir
seluruhnya pula menyuguhkan belanja batik. Wisatawan bisa belajar sekaligus
belanja batik. Harganya pun tak begitu mahal, dengan kualitas batik yang dapat
dikatakan berkualitas.
Di sisi lain, bila kemahalan, masih ada tempat-tempat berbelanja
batik dengan harga miring. Tempat yang sangat terkenal ialah Pasar Beringharjo.
Di sini wisatawan dapat berburu berbagai jenis batik. Bukan hanya batik khas
Yogyakarta, melainkan juga batik Pekalongan, batik Solo, batik Cirebon, hingga batik
khas daerah Indonesia timur. Harganya, mulai dari Rp15.000 hingga ratusan ribu.
Tak ada alasan memang mengabaikan Yogyakarta tanpa batik.
Begitulah panjangnya alasan mengapa Yogyakarta layak dikukuhkan sebagai pusat
perkembanganbatik dan pusat wisata batik.
Post a Comment
Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.