ARTIKEL PINTASAN

Monday, October 10, 2016

Wisata #BatikIndonesia di Yogyakarta

Ada dua hal yang muncul di benak ketika mendengar nama Yogyakarta. Pertama, Yogyakarta kota pendidikan. Kedua, Yogyakarta kota wisata. Disebut kota pendidikan lantaran Yogyakarta memiliki kampus-kampus ternama, dengan mengorbitkan tokoh-tokoh nasionalnya.
Yang kedua, kota wisata, baru muncul belakangan ini setelah dikenal kota pendidikan lebih dahulu. Disebut kota wisata lantaran program pemerintah meningkatkan ekonomi Yogyakarta melalui potensi kebudayaan dan objek wisatanya.
Dalam dunia pariwisata nasional, Yogyakarta menempati urutan kedua sebagai destinasi wisata utama setelah Bali. Panorama alamnya menawan. Sebut saja objek wisata di sepanjang pantai selatan Gunungkidul. Belum lagi perbukitan dan Gunung Merapinya.
Budayanya eksotis. Peninggalan sejarahnya bertabur di berbagai tempat, seperti candi dan museum. Hasil kerajinan tangan tradisinya masih hidup. Sebut saja, satu-satunya yang masih terjaga ialah batik.
Batik adalah produk kerajinan asli Yogyakarta. Berbagai literatur menyatakan, batik lahr di tengah-tengah kerajaan Mataram. Bahkan ada pula yang menyatakan batik telah lahir sejak era Majapahit. Mana pun versi yang valid, yang jels dua kerajaan tersebut ada di Yogyakarta. Tak salah bila mengakui batik sebagai peninggalan tradisi leluhur Jawa Yogyakarta.
Nilai filosofis motif batik menguatkan anggapan tersebut. Salah satu motif batik yang terkenal ialah motif parang. Motif ini ditafsirkan sebagai penyatuan jiwa manusia Jawa Yogyakarta dahulu dengan pantai selatan. Lekukan motifnya menunjukkan pola perbukitan di tepian pantai. Lihat, bagaimana perbukitan atau tebing di sepanjang pantai selatan Gunungkidul begitu luasnya.
Batik khas Yogyakarta pun berkembang. Dari satu desa ke desa lainnya. Dari satu rumah produksi ke rumah produksi lainnya. Hingga saat ini, berkembang dari satu showroom batik ke showroom batik lainnya. Tak salah bila menjadikan Yogyakart sebagai destinasi wisata batik.
Berbicara desa wisata di Yogyakarta tak akan ada habisnya. Sejak 2012, jumlah desa wisata terus bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Yogyakarta, jumlah desa wisata pada tahun 2014 hanya 80. Setahun kemudian, jumlahnya menjadi 112 desa wisata.
Kampung Prawirotaman adalah kampung wisata yang sukses karena batiknya. Awalnya, Kampung Prawirotaman hanyalah kampung biasa yang dimiliki keturunan sang empu keluarga Prawirotomo, setelah mendapat hibah dari keluarga Keraton. Sekira tahun 50-an hingga 60-an, keluarga Prawirotomo memgembangkan batik cap. Usahanya berkembang, hingga mencapai kejayaan di awal tahun 70-an. Ibarat puisi Chairil Anwar, sekali berarti setelah itu mati. Begitulah Kampung Prawirotaman, mulai bergeser dari kampung industri batik cap ke industri jasa penginapan. Namun, peralihan itu tidak menghilangkan keberadaan batik. Terbukti, hingga saat ini toko dan showroom batik di Kampung Prawirotaman masih bertahan.
Dua daya tarik utama dari sejumlah desa wisata hanya mengeksplorasi keindahan alam desa dan kerajinan tangan. Lagi lagi, batik menjadi andalannya. Dua desa wisata yang mengandalkan kerajinan batik sebagai daya tarik utamanya ialah Desa Wisata Wukirsari dan Desa Wisata Krebet. Dua-duanya berada di Kabupaten Bantul. Dua-duanya pun menyajikan paket belajar batik dan showroom batik. Dalam paket itu, wisatawan diajak praktik membuat batik dengan peralatan yang masih tradisional.
Tak hanya itu, desa wisata lainnya pun seakan tak ingin ketinggalan. Paket batik dimasukkan menjadi salah satu paket andalannya. Salah satunya ialah di Desa Wisata Tembi. Di desa wisata ini, bila menikmati wisata di Tembi Rumah Budaya, wisatawan diajarkan membuat batik yang baik dan benar. Tentunya bukan batik cap, melainkan batik tulis. Pengelolanya sengaja mendatangkan pengrajin batik bila adanya pesanan paket dari sejumlah wisatawan.
Dari hampir seluruh desa wisata yang menawarkan batik, hampir seluruhnya pula menyuguhkan belanja batik. Wisatawan bisa belajar sekaligus belanja batik. Harganya pun tak begitu mahal, dengan kualitas batik yang dapat dikatakan berkualitas.
Di sisi lain, bila kemahalan, masih ada tempat-tempat berbelanja batik dengan harga miring. Tempat yang sangat terkenal ialah Pasar Beringharjo. Di sini wisatawan dapat berburu berbagai jenis batik. Bukan hanya batik khas Yogyakarta, melainkan juga batik Pekalongan, batik Solo, batik Cirebon, hingga batik khas daerah Indonesia timur. Harganya, mulai dari Rp15.000 hingga ratusan ribu.
Tak ada alasan memang mengabaikan Yogyakarta tanpa batik. Begitulah panjangnya alasan mengapa Yogyakarta layak dikukuhkan sebagai pusat perkembanganbatik dan pusat wisata batik.



Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes