ARTIKEL PINTASAN

Thursday, March 10, 2016

Lalulintas di Kota Cirebon

Saya orang baru di Kota Cirebon. Ketika pertama kali membawa motor, sekira bulan Agustus 2015, saya hampir saja dimaki-maki sopir angkot. Ceritanya, ketika itu saya berhenti di perempatan Ciremai-Kesambi. Lampu sedang merah. Mata tentu saja tertuju pada lampu merah, berharap lekas berganti hijau.
Lampu berganti, menjadi hijau. Saya, dan tentu saja pengendara motor dan mobil yang searah, mulai menggas motor. Maju perlahan.
Kebetulan, dari sekian motor dan mobil yang mengantre lampu merah itu, saya berada paling depan. Persis di garis zebracross. Saat lampu hijau, saya jugalah yang memimpin laju kendaraan yang mengantre ketika itu. Belum jauh melaju, tepatnya persis di tengah-tengah perempatan, sebuah angkot melintas berlawanan arah. Saya dari arah Kesambi menuju RS Ciremai, sedang angkot dari Ciremai menuju Jalan Pengeran Drajat.
Melihat angkot melintas dari arah yang berlawanan, saya memasang badan untuk memberi sinyal kemarahan. Badan dan tangan saya memberi aba-aba. Seolah ingin memarahi sopir angkot. Sopir angkot merespon. Suara gasnya dikencangkan, seolah memberi tanda kemarahan.
Beruntung, peristiwa itu tak berlanjut. Sekira dua hari kemudian, saya melintasi beberapa persimpangan di Kota Cirebon. Saya malah menemukan situasi seperti peristiwa kemarahan saya terhadap angkot di persimpangan RS Ciremai-Kesambi. Aneh, dua arah berlawanan di persimpangan malah bertanda lampu hijau. Saya baru sadar, bahwa peristiwa dengan angkot itu sayalah yang salah. Sebagai pendatang, saya baru pahami pola persimpangan empat di kota ini.

Gagalnya One Way
Berdasarkan cerita sana-sini, termasuk menelusuri pemberitaan media koran yang terbit tengah tahun ini, 2015, Kota Cirebon gagal terapkan one way di Jalan Kartini. Entah apa kendala utamanya. Namun, salah satu media daring (online) khusus portal Cirebon menyatakan, gagalnya one way lantaran terjadi penumpukan truk di salah satu ruas jalan.
Sebenarnya tidak sesederhana itu. Lantas, mengapa jalur one way di Ibukota Jakarta dapat diterapkan? Padahal Jakarta merupakan kota terpadat lalu lintas. Jakarta dikenal sebagai kota terparah lalulintasnya untuk skala Asia Tenggara, mungkin juga dunia.
Tak cuma Jakarta sebagai dasar pembantahannya. Coba tengok Pasar Kanoman. Beberapa kali saya melintas di Pasar Kanoman masih saja ada pengendara yang melawan arus meski one way sudah diterapkan beberapa bulan yang lalu. Kawasan yang digadang-gadang bakal jadi pusat kuliner Kota Cirebon ini lalulintasnya belum rapi. Padahal penataan sudah berjalan sebulan lebih.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes