ARTIKEL PINTASAN

Sunday, October 20, 2013

Si Cantik Malena dalam Film Malena




sampul film Malena (blogspot)
Monica Bellucci, aktris Italia, mungkin menjadi terkenal hingga Amerika sana karena kepiawaiannya menjalin relasi. Di luar kepiawaiannya berakting. Tetapi, satu hal lain yang tak kalah penting ialah kecantikannya. Secara kasat mata tubuhnya berdaya tarik tinggi bagi kaum adam. Kecantikannya hanya sebatas daya tarik bagi kaum adam, tidak lebih.
Begitulah, mengapa sang sutradara film Malena, Giuseppe Tornatore,  memilih Monica Bellucci sebagai pemeran utamanya. Tentu di luar hal ihwal di luar teknis pemilihan, seperti apakah sang aktris mampu beradegan begini, mampu beradegan begitu, dan sebagainya.
Dari awal hingga akhir, film Malena fokus pada kehidupan tokoh Malena. Di awal dikisahkan, melalui narasi seorang bocah 12 tahun, Malena adalah perempuan kesepian. Telah menikah tapi ditinggal suami. Suaminya, Nino Scordia, terpaksa meninggalkan Malena karena tugas negara, berperang di negeri orang.
Hidupnya menjadi sorotan orang-orang di sekitarnya, di lingkungan tempat ia tinggal. Dari mulai ibu-ibu, bapak-bapak, hingga remaja. Ketika keluar rumah, Malena jadi perhatian warga sekitar tersebut. Tidak terkecuali remaja.
Sekelompok remaja, lebih tepatnya fase transisi dari anak-anak ke remaja, selalu memerhatikan Malena sejak keluar rumah hingga ke tempatnya bekerja. Salah satu remaja dari sekelompok remaja yang rutin memerhatikan Malena melangkah ialah Renato Amaroso (Giuseppe Sulfaro).
Dalam plot pengisahannya, dua tokoh inilah plot pengisahan cerita. Malena sebagai fokus objek penceritaan, sementara Renato Amaroso sebagai sudut pandang dan narator. Seperti pada pertengahan cerita, suamia Malena dikabarkan meninggal dalam perang. Akibatnya, plot cerita semakin berkembang. Yang tadinya hanya sebatas kehidupan yang datar-datar saja, plot memasuki fase-fase konflik. Warga sekitar mencibir keberadaannya, “Malena janda cantik”. Begitu Malena dipandang sebagai perempuan tanpa suami.
Selanjutnya, ayah Malena meninggal akibat bom musuh –cerita ini berlatar Perang Dunia II di Italia- sehingga Malena hidup sebatang kara. Tidak ada lagi laki-laki di antara kehidupannya. Malena jadi “bulan-bulanan” para pria sekitar. Banyak pria ingin menjadi pendamping hidup Malena. Intrik dan sejenisnya pun diperagakan pria-pria berhasrat tersebut.
Malena terkena dampak intrik tersebut. Ia harus merelakan tubuhnya kepada pria lain agar dapat bertahan hidup. Bertahan hidup di sini bukan semata persoalan makan, melainkan juga persolan-persoalan hukum. Seperti apa yang ia hadapi ketika berhadapan dengan hukum akibat dugaan perselingkuhan dengan seorang militer di sekitar tempatnya tinggal. Seorang pengacara rela membantunya keluar dari jebakan hukum, tetapi sang pengacara justru meminta tubuh Malena sebagai bayaran yang dianggap si pengacara setimpal.

Telanjur basah, ditambah bagaimana supaya ia survive, pelecuran adalah jalan keluarnya. Malena menjadi perempuan penjual tubuh. Bukan sembarang perempuan penjual tubuh. Ia menjadi perempuan penjual tubuh bagi tentara-tentara musuh, tentara Jerman.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes