ARTIKEL PINTASAN

Sunday, November 8, 2009

majinasi, Intelektual, dan Emosi dalam "Orang-orang Seberang Kali"

Imajinasi, Intelektual, dan Emosi dalam Orang-orang Seberang Kali
Imajinasi merupakan daya hayal seseorang. Dengan kekuatan imajinasi seorang penulis, karya yang ditulisnya akan memberikan kesempatan pembaca untuk ‘membaca’ pikiran penulisnya. Imajinasi merupakan salah satu unsur, yang ada dalam karya sastra, penyebab timbulnya interpretasi, selain hal yang utama, yaitu bahasa. Bahkan, imajinasi digunakan oleh Albert Einstein sebagai standarisasi kepintaran seseorang.
Dalam karyanya, Ahmad Tohari, mengangkat imajinasi melalui realitas sosial. Meskipun disebut realitas, imajinasi bukanlah dua hal yang kontradiktif. Imajinasi realitas adalah imajinasi yang berdasarkan keadaan dan kenyataan. Imajinasi muncul dari kenyataan, dan dapat dikatakan imajinasi bila ada pembandingan. Seperti dalam cerpen Orang-orang Seberang kali, Ahmad Tohari membandingkan dua keadaan dalam waktu yang bersamaan melalui tokoh utama (Aku). Perbandingan dapat pula dilakukan dengan metode penganalogian.
Di sini orang-orang pulang dari surau, di sana orang-orang jongkok sambil mengelus ayam jago.
Segar seperti perawan yang basah rambutnya setelah mendi keramas.
Bentuk narasi tersebut, lewat tokoh ‘aku’ membandingkan keadaan yang pada waktu bersamaan tokoh tersebut tidak berada di tempat. Tidak mungkin seseorang mengalami dua keadaan tempat dalam waktu yang bersamaan. Dan, ketidakmungkinan tersebut disajikan dengan kemungkinan melalui tokoh oleh Ahmad Tohari.
Dan, masih menyamai imajinasi di atas, bahwa sesuatu yang tidak terlihat tidak mungkin dapat uraikan. Tokoh ‘aku’ bertutur berupa narasi cerita mengenai sesuatu keadaan di belakang tubuhnya. Bahkan, hal tersebut diformulasikan dengan detail, yang menjadi sesuatu daya imajinasi tinggi. “Di belakangku, bunga mulai dirubung lebah.”
Selain imajinasi, pada sebuah karya sastra akan memunculkan nilai-nilai intelektual. Intelektual merupakan ‘pembuktian’, karena hal ini sangat berkaitan dengan nilai-nilai ilmiah. Bila imajinasi dapat diformulasikan tanpa nilai-nilai ilmiah, intelektual tidak dapat dilakukan tanpa keilmiahan. Artinya, pengungkapan cerita dilakukan dengan rujukan kenyataan yang dapat dibuktikan. Pada isi cerita, penulis mengungkapkan keadaan kali dengan mahluk-mahluk selain manusia. Seperti, burung sikatan, kadal, pakis-pakisan, dan binatang-binatang dalam air. Burung sikatan dinyatakan sebagai mahluk pemakan lalat, begitu pula dengan kadal. Lalu, binatang-binatang dalam air dinyatakan keberadaanya pada volume air (kali).
Sedangkan emosi dalam sebuah karya sastra dapat dnyatakan sebagai sikap. Penulis menciptakan karya sastra pun merupakan sebuah sikap, namun belum tentu dapat dikatakan emosi, karena emosi cenderung ‘melawan’ aturan-aturan yang ada, baik konvensional imajinatif maupun normatif.
Relevansi uraian emosi di atas pada Orang-orang Seberang kali adalah sense (tema). Sense merupakan salah satu hakikat karya sastra. Melalui sense pulalah seorang penulis mengeksplor pesan yang ingin disampaikan. Orang-orang Seberang Kali mengangkat tema keagamaan. Tidak dikatakan agama tema yang dikandung pada cerita tersebut karena tidak menyentuh makna suatu agama. Namun, tema keagamaan yang dikandung pada cerita dikorelasikan dengan kebiasaan masyarakat. Isi cerita mengangkat perjalanan menuju kematian seseorang (bernama Madrakum), yang diekspose secara perspektif sebagai suatu sikap emosi penulisnya. Agama islam melarang umatnya melakukan sabung ayam. Dan, hal inilah yang ditentang oleh penulis secara pengungkapan emosional.

Share this:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar Anda di sini. Semoga komentar Anda menjadi awal silaturahmi, saling kritik dan saling berbagi.

 
Back To Top
Copyright © 2014 Fredy Wansyah. Designed by OddThemes